PIDATO KETUA UMUM DEWAN ADAT PAPUA MENYAMBUT PERAYAAN HARI BANGSA PRIBUMI 2012

PIDATO
KETUA UMUM DEWAN ADAT PAPUA MENYAMBUT PERAYAAN HARI BANGSA PRIBUMI 2012
Yang Saya hormati Saudara-saudara Ondoafi, Mananwir, dan Para Kepala Suku di 7 Wilayah Adat! 
Yang Saya Hormati para Ketua Dewan Adat Suku, Para Ketua Dewan Adat Daerah dan Wilayah. Para pengurus Dewan Adat Se Tanah Papua.
 Mama-mama Papua, Pemuda, Mahasiwa dan Pelajar yang saya kasihi.
 Hadirin sekalian serta seluruh Masyarakat Adat Papua yang saya cintai!
 Hari ini, Masyarakat Adat di seluruh dunia merayakan Hari Bangsa Pribumi tahun 2012. Perayaan yang kesekian kali untuk bangsa Papua. Perayaan yang menandai keberhasilan perjuangan masyarakat adat sedunia dalam memperoleh pengakuan dan perlindungan atas eksistensi dan hak-hak yang melekat pada mereka sebagai masyarakat asli di banyak negara. 
 Berbeda dengan perayaan hari bersejarah yang lain, perayaan Hari Bangsa Pribumi memiliki arti penting tersendiri yang patut diketahui dan dipahami oleh setiap komunitas adat di mana saja. Perayaan ini punya dua sisi yang saling berhubungan erat: sisi yang satu menandai keberhasilan perjuangan komunitas adat sedunia di PBB yang dipelopori oleh saudara-saudara kita, para kepala suku Indian yang tidak kita kenal dari Amerika Serikat. Sisi yang lain mengingatkan kita bahwa perjuangan bangsa Pribumi belum berakhir dan masih harus dilanjutkan oleh masing-masing bangsa.
 Perayaan ini, kita diingatkan kembali pada proses awal perjuangan dan kerja keras Bangsa Indian di Amerika untuk mendapat pengakuan negara terhadap eksistensi mereka sebagai pemilik asli benua Amerika. Perjuangan itu akhirnya juga membuahkan hasil ketika masalah mereka menemukan jalan ke PBB dan diakomodir. Deklarasi PBB tentang Hak-hak Bangsa Pribumi bukan sesuatu yang lahir begitu saja karena kesadaran negara-negara anggota PBB. Deklarasi itu lahir sebagai hasil perjuangan dan kerja keras tak mengenal lelah dari Masyarakat Pribumi Internasional untuk menuntut ditegakkannya penghormatan negara terhadap hak dasar mereka.
 Bangsa-bangsa pribumi di seluruh dunia telah bertahun-tahun mengalami satu persoalan yang sama: pelecehan terhadap hak kepemilikan atas tanah-tanah adat, sumber daya alam serta hak untuk mengembangkan diri dalam tatanan nilai-nilai tradisional masing-masing –suatu kejahatan yang dilakukan oleh banyak negara selama bertahun-tahun. Bangsa Papua juga mengalami penghancuran serupa yang dilakukan oleh negara yang sedang berkuasa atau pernah berkuasa di Papua demi kepentingan masing-masing. Karena itu perayaan tahun ini merupakan perayaan khusus bagi bangsa Papua. Sejak berintegrasi dengan Indonesia 59 tahun lalu, Bangsa Papua terus menjalani perlakuan yang pahit. Segala yang kita miliki, mulai dari sumberdaya alam, harta benda bahkan hak hidup sebagai bangsa asli pemilik Tanah Papua habis-habisan dirampas. 
Hadirin peserta perayan yang saya kasihi.
 Sebagai bangsa pribumi, kita adalah kelompok masyarakat yang dibedakan oleh hak kepemilikan serta ikatan emosional yang kuat terhadap tanah yang telah didiami sejak nenek moyang. Diatas tanah ini, setiap suku di Papua hidup bermasyarakat dalam tatanan kesukuan yang diatur oleh aturan-aturan tidak tertulis yang ketat dan mengikat guna menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama, dengan alam raya dan dengan Tuhan Pencipta. Tatanan seperti itu telah berumur ratusan Tahun dan hak kepemilikan seperti ini sesungguhnya tidak boleh dirusak, dirubah siapapun dengan alasan serta tujuan apapun.
 Bangsa Papua adalah bangsa pribumi telah berdiam selama berabad-abad di atas Tanah Papua. Nenek moyang dari suku-suku telah mendiami negeri ini dan membagi-bagi dan menetapkan batas kepemilikan (hak ulayat) atas tanah berabad-abad lamanya. Dalam tatanan yang sering disebut primitive (terbelakang) oleh bangsa lain, ternyata para leluhur orang Papua telah mampu menata kehidupan dalam kominitas secara layak dan memenuhi standar kebutuhan mereka sepanjang zaman sebelum kedatangan bangsa-bangsa lain ke Tanah Papua. 
 Tetapi kemudian semua bentuk tatanan kehidupan yang harmonis dan dipegang teguh oleh leluhur kita mulai terganggu dan tergusur di atas negeri kita sendiri ketika para penjelajah dunia dari luar mulai menginjak Tanah Papua beberapa abad yang lalu. Bangsa Papua mulai mengalami berbagai hal yang sangat berbeda. 
 Hari ini kita mengalami berbagai kebijakan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah Indonesia untuk kemajuan Tanah Papua sambil menyaksikan bagaimana kebijakan itu menghancurkan hampir seluruh struktur dan tatanan Masyarakat Adat Papua, menghilangkan hak masyarakat adat Papua atas tanah, memutuskan akses masyarakat adat dari Sumber Daya Alamnya, menghilangkan sumber penghidupan tradisional serta mengakibatkan masyarakat adat terpinggirkan, miskin dan menjadi penonton pembangunan yang setia di negerinya yang kaya raya.
 Di depan mata Orang Asli Papua dan di depan mata komunitas dunia, para pemegang HPH dengan bebas menebas jutaan hektar hutan dan menghancurkan ekosistem yang telah berabad-abad menjadi sumber penghidupan Masyarakat Pribumi Papua. Tanah-tanah bekas tebangan kemudian tidak dikembalikan tapi dikelola lebih lanjut sebagai lahan pemukiman dan perkebunan yang hasilnya untuk keuntungan dan kesejahteraan segelintir orang lain yang tidak ada sangku-pautnya dengan tanah leluhur kita. Pemerintah tidak memiliki rasa hormat sedikitpun terhadap eksistensi masyarakat adat Papua dan gagal memberikan perlindungan yang wajar.Adalah penting untuk diingat oleh kita semua, bahwa terbentuknya Dewan Adat Papua adalah merupakan bagian dari upaya yang dilandasi kesadaran tentang perlunya langkah-langkah yang terkoordinir dan terencana dari Masyarakat Adat Papua sendiri demi melindungi eksistensi dirinya sebagai bangsa asli pemilik Tanah Papua.Pembentukan Dewan Adat Papua merupakan proses demokrasi yang dimulai dari komunitas akar rumput masyarakat adat Papua. Proses ini sangat sejalan dengan ketentuan dan amanat Deklarasi PBB tentang Hak-hak Bangsa Pribumi. Atas dasar itu, maka setiap orang asli Papua berhak mengklaim bahwa Dewan Adat Papua baik pusat maupun di tingkat wilayah, daerah dan suku merupakan satu-satunya wadah resmi milik masyarakat adat Papua.Atas dasar itu pula, Bangsa dan Masyarakat Adat Papua harus menyuarakan kepada dunia bahwa negara Indonesia adalah salah satu anggota PBB yang sangat tidak konsisten tarhadap komitmen bersama dan telah melanggar hak-hak dasar bangsa pribumi dengan menerapkan berbagai kebijakan yang jelas-jelas bertujuan memecah-belah dan menghancurkan keutuhan Masyarakat Adat Papua beserta nilai-nilai adat istiadat yang telah dianut selama-berabad-abad.Peristiwa dibentuknya Lembaga Masyarakat Adat (LMA) di Hotel Sentani Indah pada tanggal 21 Mei 2012 membuktikan bahwa Masyarakat Adat Papua tidak saja menjadi sasaran operasi penghancuran secara terselubung oleh aparat pemerintah dan militer di masa lalu. Hari ini para petinggi negara setingkat pembantu presiden tanpa malu-malu, secara terang-terangan merancang dan menerapkan kebijakan di Papua yang bertentangan dengan komitmen negara-negara anggota PBB dalam rangka penghormatan serta perlindungan eksistensi masyarakat pribumi di negara masing-masing.Menyikapi kondisi tersebut, maka kepada seluruh masyarakat Adat Papua saya menegaskan bahwa perjuangan kita adalah perjuangan menegakkan hak-hak dasar Masyarakat Adat Papua; perjuangan untuk membebaskan diri dari ketidakadilan, keserahakan dan penindasan yang nyata-nyata dilakukan oleh negara. Perjuangan Masyarakat Adat Papua merupakan bagian integral dari perjuangan bangsa pribumi di seluruh dunia yang sudah berlangsung selama dua dekade . Sejalan dengan tujuan pendirian Dewan Adat, maka perjuangan kita yang belum berakhir ini akan kita letakkan pada kerangka Manifesto Hak-Hak Dasar Masyarakat Adat Papua sebagai wujud perjuangan Masyarakat Adat Papua secara sadar dan bertabat. 
 Para Pemimpin suku dan Para Ketua Dewan Adat Yang saya Hormati,Setiap tahun Perserikatan Bangsa-bangsa menetapan tema perayaan Hari Pribumi yang harus dirujuk oleh bangsa-bangsa pribumi di seluruh dunia. Tema perayaan kita untuk tahun ini adalah : “Media Pribumi untuk Pemberdayaan Aspirasi Masyarakat Pribumi” (“Indigenous Media, Empowering Indigenous Voices”). 
 Tema ini sangat menarik dan karena itu saya hendak mengingatkan kita semua bahwa melalui perayaan hari ini, Bangsa Papua sebagai bangsa asli Pemilik Tanah Papua, kita perlu menegaskan komitmen kita untuk memberdayakan seluruh media yang dimiliki Bangsa Papua guna menyuarakan lebih kuat nasib buruk dan perjuangan kita kepada semua pihak yang kita perlukan dalam mendukung suksesnya perjuangan bangsa Papua.Kita mengenal berbagai media yang saat berada di Papua baik surat kabar maupun media komunikasi elektronik (telepon, radio, televisi) yang sehari-hari beroperasi di Papua. Tentu sebagian kecil dari sarana media ini telah kita miliki. Selebihnya seperti radio dan televisi belum kita miliki , meskipun bisa kita akses secara terbatas. Dengan keterbatasan akses terhadap media komunikasi yang ada saat ini di Tanah Papua, tema perayaan tahun ini jelas-jelas mengingatkan kita untuk menggunakan media milik masyarakat adat Papua sendiri dalam menyuarakan kepantingan Papua ke depan. Disamping pesan tersurat pada tema perayaan kita hari ini, saya juga menangkap adanya pesan tersirat. Pertama, disamping media yang telah kita miliki, kita perlu menambah media yang mungkin bisa dimiliki dan dikelola Masyarakat Adat Papua. Kedua, PBB harus terus-menerus menjadi alamat di mana aspirasi kita bermuara. Ketiga, semua jenis pelanggaran atas hak bangsa Papua sebagai bangsa pribumi harus disuarakan kepada dunia melalui media dimaksud. Keempat, semua anak-anak adat Papua yang telah menjadikan diri sebagai alat di tangan pemerintah untuk menghancurkan tatanan kehidupan Bangsanya sendiri harus menjadi sasarn kampanye kita agar merejka tidak terlibat lebih jauh lag.
 Para Pemimpin, Kepala Suku, dan Seluruh Masyarakat Adat Papua yang saya kasihi!
Berkaitan dengan itu, maka melalui kesempatan ini saya serukan kepada seluruh anak-anak adat terbaik yang berkompeten dan berpengalaman dalam pengelolaan media untuk meyumbangkan kemampuan yang dimiliki dalam mewujudkan tema perayaan ini. Berikanlah apa yang kalian miliki bagi penguatan aspirasi Bangsa Papua demi keadilan dan kemajuan tanah leluhurmu. Kita pernah memiliki media yang mungkin perlu dihidupkan kembali atau lebih diberdayakan lagi.Marilah, kita bangun persatuan dan kebersamaan yang kokoh dengan memanfaatkan media yang kita miliki untuk mensukseskan perjuangan Bangsa Papua guna mendapatkan perlakukan dan perlindungan yang adil di atas negeri kita sendiri; Tanah Papua diberikan Tuhan kepada para leluhur kita dan kita adalah pewarisnya. Karena itu jangan malu atau takut untuk bersuara lantang tentang ketidakadilan oleh orang lain di negerimu sendiri; kalian tidak sedang mencuri di negeri orang lain. Seperti Tuhan memberikan Tanah Papua kepada nenek moyang bangsa Papua, demikian juga Tuhan memberikan Kalimantan bagi Bangsa Dayak, pulau Jawa untuk Bangsa Jawa dan Sunda, Sumatera bagi Bangsa Batak dan lain-lain. Dan kalau hari ini Tanah Papua bebas dirampok habis-habisan oleh mereka yang datang dari Sabang sampai Maluku, maka inilah waktunya kita bertanya tegas dan tanpa takut kepada mereka: “Berapa banyak kekayaan alam dari pulau-pulau kalian yang hari ini sedang diambil tanpa batas oleh masyarakat asli Papua? Berapa banyak anak-anak kalian yang dibantai orang Papua karena mempertahankan hak miliknya?”Kepada para Ondofolo, Mananwir, Sera atau Kepala suku dan para Ketua Dewan Adat di Daerah dan Wilayah saya minta untuk mendorong segera wacana ini sampai menjadi kenyataan di daerah masing-masing. Jangan berdiam diri karena kalian memikul tanggung jawab dari Tuhan untuk melaksanakan tugas itu sejak nenek moyangmuberta . Persoalan ketidakadilan yang kita alami saat ini sudah sangat banyak. Sulit membayangkan berapa lama Bangsa Papua mampu menanggung ketidakadilan yang sedang terjadi karena sebagai manusia kita memiliki batas kemampuan. Sulit juga untuk membayangkan kapan ada kesadaran dalam diri bangsa-bangsa perampok ini untuk menghentikan perilaku mereka yang sangat tidak manusiawi terhadap tanah dan bangsa Papua.Kita mesti terus bersuara untuk tentang pembabatan hutan di Papua secara sistematis dan semena-mena. Di awal masa kepemimpinannya, salah seorang gubernur Papua yang baru berakhir masa jabatannya pernah mengumumkan pencabutan ijin operasi sejumlah pemegang HPH untuk beroperasi di Papua. Tapi sampai saat ini masih terjadi pengapalan besar-besaran kayu dari Papua ke luar, kegiatan yang kabur sama sekali untuk kita. Penambangan emas dan bahan galian yang lain secara liar juga terus terjadi di Papua tanpa ada upaya nyata dari pemerintah untuk menghentikannya.Selain suberdaya alam, pelanggaran terbesar yang dialami Bangsa Papua adalah pengusaan tanah-tanah adat milik Masyarakat Asli Papua oleh istitusi negara dengan alasan pembangunan. Kita mencatat bahwa sampai saat ini ada ribuan petak tanah milik masyarakat adat Papua yang beralih tangan ke pemerintah tanpa prosedur yang wajar. Tanah-tanah itu kini dikuasai oleh pemerintah dan telah disertifikatkan padahal tanpa dokumen pelepasan dari masyarakat pemilik.Semua bentuk pelanggaran yang mencederai hak kita sebagai bangsa pribumi di Tanah ini masih terjadi dan kita diingatkan untuk terus berjuang menghentikan semuanya. Berjuang menggunakan semua media yang kita miliki guna meminta pemerintah dan rakyat Indonesia menghargai keberadaan kita sebagai Bangsa Pemilik Tanah Papua. Dalam rangka itu, semua Pimpinan Dewan Adat dan para kepala suku bertanggung jawab untuk meminta pemerintah Indonesia agar tidak lagi membantai orang Papua karena menuntut haknya dihormati.Kita bersama juga harus meminta kepada negera-negara anggota PBB untuk meninjau dan menghentikan semua bentuk kerja sama militer dengan pemerintah Indonesia yang akan berujung pada pembantaian setiap tahun atas masyarakat adat Papua. Anak-anak kita yang dilahirkan oleh Mama-mama Papua bukan hewan peliharaan yang boleh ditembak seenaknya oleh aparat negara.Akhirnya, dengan memanjatkan syukur kepada Tuhan Pencipta dan Pemilik Tanah Papua atas segala karunia yang diberikan kepada Bangsa Papua, saya ucapkan: “Selamat merayakan Hari Bangsa Pribumi Sedunia Tahun 2012. Teriakan kita telah didengar Tuhan, dan perjuangan Bangsa Papua pasti berhasil”.TUHAN MEMBERKATI.
Port Numbay, 9 Agustus 2012
Ketua Umum Dewan Adat Papua,
 FORKORUS YABOISEMBUT, S.Pd.
Share this movie :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AWEIDA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger